Waduh sebentar lagi cuti melahirkannya abis, sedikit terbersit tentang satu hal yang krusial.....ya Anak. So...buat ibu-ibu yang juga mengalami hal yang sama, sedikit cuplikan dari halaman tetangga mungkin bisa membantu.
Semua wanita merasakan tekanan yang sangat dahsyat ketika mereka menjadi ibu, baik itu tekanan yang mengatakan bahwa seorang ibu seharusnya memberikan seluruh waktunya di rumah bersama anak-anak, maupun tekanan karir (pengembangan diri) dan keuangan yang memaksanya kembali bekerja di luar rumah, entah sesuai dengan keinginannya atau tidak.
Sudut pandang seorang ibu yang tinggal di rumah berakar pada
identitas dirinya. Ia disalah artikan sebagai orang yang membosankan dan
tanpa minat lain kecuali seputar anak-anaknya. Meskipun ia menangani
pekerjaan yang paling menantang dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya
baik secara mental dan fisik, (apakah ini bukan suatu pekerjaan ??),
tetapi tetap saja ia dianggap "tidak bekerja". Sementara itu, ia bisa juga
merasa bersalah karena telah melepaskan karirnya dan menjadi orang yang tinggal
di rumah mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah tangga, sementara suaminya
bekerja mencari uang untuk memberi nafkah keluarga.
Ibu-ibu bekerja juga mengalami rasa bersalah yang luar biasa,
terutama jika mereka berada jauh dari rumah setiap hari. Mereka selalu
menduga-duga apakah anak-anak mereka dijaga dengan baik oleh pengasuh
mereka atau di sekolah mereka. Mereka takut anak-anak mereka bahkan
lebih mencintai pengasuh-nya daripada ibu mereka sendiri. Ibu-ibu bekerja
banyak kehilangan momen-momen penting perkembangan anak-anaknya selama mereka
jauh dari rumah, seperti bayi mereka mulai berjalan untuk pertama kali atau
balita mereka mengucapkan kata pertama mereka serta kepintaran-kepintaraan
lainnya yang mereka ketahui dari pengasuhnya. Mereka meragukan keputusan
yang telah mereka ambil dan bertanya-tanya apakah sebenarnya mereka
egois karena ingin berkarir ???
Penting sekali bagi semua ibu untuk menerima kenyataan bahwa tidak
ada pilihan yang baik bagi setiap keluarga. Tergantung dari keputusan
ibu itu sendiri terhadap keluarganya.
Jadi, sebelum anda menilai ibu lain karena keputusannya untuk
bekerja atau tinggal di rumah, ingatlah bahwa semua ibu punya keinginan yang
sama, mereka semua ingin mendidik dan mengasuh anak-anak mereka, dan melihat
anak-anak tumbuh, sekaligus menikmati waktu yang bermutu bersama
anak-anak mereka. Dengan catatan: anda ikhlas menjalani peran yang akan anda
pilih.
Dikutip dari "Don't Sweat Guide for Parents", Richard Carlson.
Semua wanita merasakan tekanan yang sangat dahsyat ketika mereka menjadi ibu, baik itu tekanan yang mengatakan bahwa seorang ibu seharusnya memberikan seluruh waktunya di rumah bersama anak-anak, maupun tekanan karir (pengembangan diri) dan keuangan yang memaksanya kembali bekerja di luar rumah, entah sesuai dengan keinginannya atau tidak.
Sudut pandang seorang ibu yang tinggal di rumah berakar pada
identitas dirinya. Ia disalah artikan sebagai orang yang membosankan dan
tanpa minat lain kecuali seputar anak-anaknya. Meskipun ia menangani
pekerjaan yang paling menantang dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya
baik secara mental dan fisik, (apakah ini bukan suatu pekerjaan ??),
tetapi tetap saja ia dianggap "tidak bekerja". Sementara itu, ia bisa juga
merasa bersalah karena telah melepaskan karirnya dan menjadi orang yang tinggal
di rumah mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah tangga, sementara suaminya
bekerja mencari uang untuk memberi nafkah keluarga.
Ibu-ibu bekerja juga mengalami rasa bersalah yang luar biasa,
terutama jika mereka berada jauh dari rumah setiap hari. Mereka selalu
menduga-duga apakah anak-anak mereka dijaga dengan baik oleh pengasuh
mereka atau di sekolah mereka. Mereka takut anak-anak mereka bahkan
lebih mencintai pengasuh-nya daripada ibu mereka sendiri. Ibu-ibu bekerja
banyak kehilangan momen-momen penting perkembangan anak-anaknya selama mereka
jauh dari rumah, seperti bayi mereka mulai berjalan untuk pertama kali atau
balita mereka mengucapkan kata pertama mereka serta kepintaran-kepintaraan
lainnya yang mereka ketahui dari pengasuhnya. Mereka meragukan keputusan
yang telah mereka ambil dan bertanya-tanya apakah sebenarnya mereka
egois karena ingin berkarir ???
Penting sekali bagi semua ibu untuk menerima kenyataan bahwa tidak
ada pilihan yang baik bagi setiap keluarga. Tergantung dari keputusan
ibu itu sendiri terhadap keluarganya.
Jadi, sebelum anda menilai ibu lain karena keputusannya untuk
bekerja atau tinggal di rumah, ingatlah bahwa semua ibu punya keinginan yang
sama, mereka semua ingin mendidik dan mengasuh anak-anak mereka, dan melihat
anak-anak tumbuh, sekaligus menikmati waktu yang bermutu bersama
anak-anak mereka. Dengan catatan: anda ikhlas menjalani peran yang akan anda
pilih.
Dikutip dari "Don't Sweat Guide for Parents", Richard Carlson.
0 comments:
Post a Comment